26 Desember 2007
thanks
Di sunyi malam ketika angin
menunduk takzim bersama dingin
Muhammad bershalat
melipat seluruh semesta
dalam kalbunya yang sabar dan bercahaya
lalu berangkat menjumpai Tuhannya
dengan sepenuh-penuh rindu
kepada Dia yang esa satu.
Ketika suku Qurays mempersembahkan
singgasana agar dia serahkan hati
pada berhala dan tradisi
leluhur suku yang asli, iapun menampik
bahkan sekalipun matahari
bahkan sekalipun rembulan
kepadanya dipersembahkan, dia tak sudi
menghambakan diri pada peradaban
sebab hanya pada Tuhan
ia temukan kebebasan
sebagai diri dan pribadi.
Dunia tersipu malu
di ujung tikar sembahyang
ketika pada Tuhan, ruh dan tubuhnya
pergi dan pulang. Tapi siapa
yang tahan hidup merdeka
berdiri bebas menengadah cakrawala?
Hanya para Nabi dan pencinta
dengan hati bunga dan kerinduan serba cahaya
yang bisa hidup merdeka
menerbangkan diri dari
gaya tarik dunia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar